Sabtu, 11 Desember 2010

A. PROLOG

JUNI, 2008
Sore hari hamparan langit tampak begitu teduh, dihiasi awan putih yang menggumpal di beberapa tempat, entah kemana sinar matahari yang biasa terlihat bersinar redup di ufuk barat, langkah kaki-ku terhenti, begitu kurasakan aura kesedihan yang dalam, ketika terakhir aku melihatnya, ketika bumi-pun ikut berduka menghantar kepergian-nya.


Kini aku telah berdiri lagi disini, Setelah sekian lama aku baru sempat kembali dapat melihat kuburan ini, kuburan yang bagi sebagian orang mungkin sudah melupakannya, namun tidak bagiku. Sejenak aku terdiam menatap dua buah batu nisan yang kini mulai tampak dipenuhi ilalang dan rumput liar, aku berjongkok di depannya, mencabuti ilalang dan rumput liar itu, kubersihkan kedua kuburan itu sedikit demi sedikit dengan kedua belah tanganku,
dalam hatiku berkata,

Disini di tempat pembaringan terakhir mereka, cinta tak pernah mati walau jasad telah terpisah dengan raganya, hidupnya bagaikan cerminan cinta suci nan sejati bagi kita. Mungkin bumi tak mampu dan berasa tak sepadan untuk membahagiakan cinta suci mereka, sehingga bumi membiarkannya mereka pergi meninggalkan alam ketidak abadian untuk kemudian diberikan segala keindahan dan kebahagiaan kalian dalam peluk cium kalian di sorga. Aku tahu perpisahan dan derita kalian hanya untuk sementara, karena bersatunya cinta kalian abadilah di alam baka sana, di sorga yang telah Tuhan siapkan untuk menyambut kedatangan kalian dan kalian tempati bersama selamanya. Abadilah cinta mereka, damailah disisi-Nya dalam dekap kasih-Nya."

Kisah hidup mereka begitu cukup berharga bagi diri-ku, kisah cinta mereka sangatlah begitu indah buat dikenang walau penuh duka dan berakhir penuh dengan drama mengharukan yang membuat-ku sulit untuk melupakannya. Sungguh kisah mereka yang kini merubah cara pandang aku mengenai cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya dan merupakan kisah berharga untuk ku abadikan.

Kisah mereka itu, semuanya kini mulai kembali terbayang dalam ingatan-ku. Suasana ketika itu begitu haru di iringi sayup-sayup terdengar ratapan lagu merdu yang lembut. Disini diatas tanah pekuburan ini, pernah berdiri seorang manusia yang berjuang untuk tetap mempertahan cinta di tengah terpaan menguji dirinya, ketika melepas semua mimpi, terpisah dari kasih cinta sejatinya, aku menyaksikan air mata suci mebasahi seluruh jiwa dan bumi ini kala itu.

Cerita ini berawal pada Nopember tahun 1996 lalu di sebuah kota kecil dengan udara yang sejuk berjuluk kota seribu bukit kota Tasikmalaya, ketika itu Sultan baru saja memulai karir-nya di sebuah perusahaan kecil miliknya. Kantor jasa perencanaan arsitek interior dan exsterior, sebuah kantor pelayanan jasa arsitektur yang masih tergolong langka kala itu.
Ini adalah sebuah kisah cinta dua anak manusia di abad modern yang menyisakan duka dan tangis yang panjang, hingga membuat bumi pun ikut bersedih.

***